Ada beberapa penyakit kronis pegawai di Indonesia ya umumnya PNS hehehe. bukan mentang mentang saya bukan PNS lho yah …..dan mungkin tidak semua PNS menderita penyakit seperti ini karena toh karyawan swasta juga banyak pa lagi di daerah wah tambah para jo....!!!
oke deh back to topic, enjoy this….
Kudis = kurang disiplin
Asma = Asal mengisi absen
Kram = kurang trampil
TBC = tidak bisa computer
Asam = asal sampai kantor, terus uring-uringan atau tidur
Ginjal = gaji ingin naik, tapi kerja lamban
Pucat = pulang cepat
Nah kita tergolong sing ndi bro? Nek si boz sich ane yakin sehat dari gejala penyakit yang tersebut di atas kwekekekekekekeke
Saturday, May 28, 2011
Saturday, May 21, 2011
Wednesday, May 18, 2011
Merindukan Kebahagiaan
Hangatnya perapian malam.
Mengingatkanku akan hangatnya pelukanmu.
Kesejukan sungai bahagia..
Bagai menatap senyummu.
Damainya jiwaku..
Di mana.. belas kasih itu?
Dalam hati tersimpan banyak doa..
Kau bilang kita pasti bisa.
Bisa saling mencintai.
Bersama sampai tua.
Bersatu hingga mati.
Kau bilang perbanyak doa dan harapan.
Impian kita pasti kan terwujud.
Namun apa yang terjadi kini..?
Biarlah langit yang memutuskan..
Satu keinginan..
Cinta kita jangan sampai berubah.
Hati kita tetap menyatu.
Menciptakan bahagia bersama.
Mesti tak semudah yang kita duga..
Masih Disini
Penantian yang ta kunjung akhir..
Seiring bergulirnya waktu...
detik demi detik terus berputar
mengiringi rotasi bumi...
Dan aku masih disini tenggelam dalam penantian yang tak kunjung akhir..
Kembali belajar menata diri..
Walaupun tak seperti kehendak hati..
Disini...
Setia menanti dalam keheningan sepinya hati.......
Seiring bergulirnya waktu...
detik demi detik terus berputar
mengiringi rotasi bumi...
Dan aku masih disini tenggelam dalam penantian yang tak kunjung akhir..
Kembali belajar menata diri..
Walaupun tak seperti kehendak hati..
Disini...
Setia menanti dalam keheningan sepinya hati.......
Tuesday, May 17, 2011
Seffy
Suroboyo sakjane duwe akeh band indy salah sijine jenenge Seffy...mboh saiki arek - arek e do nang ndi kabeh, nek konco-konco pengen ngerungokno salah siji karyane arek - arek Seffy monggo download nang kene wae...
http://www.4shared.com/audio/WIHSKZDW/SEFFY_-_SENJA.html
http://www.4shared.com/audio/WIHSKZDW/SEFFY_-_SENJA.html
(I miss you miss you)Blink-182
Hello there the angel from my nightmare
The shadow in backround of the morgue
The unsespecting victim of darkness in the valley
We can live like Jack and Sally if we want
Where you can always find me
And we'll have Halloween on Christmas
And in the night we'll wish this never ends
We'll wish this never end
Where are you and I'm so sorry
I cannot sleep I cannot dream tonight
I need somebody and always
This sick strange darkness comes creeping on so haunting everytime
And as I stared I counted the webs from all the spiders
catching things and eating their insides
Like indecision to call you
And hear your voice of treason
Will you come home and stop this pain tonight
stop this pain tonight
Don't waste your time on me your already the voice inside my head(6x)
I miss you miss you
Deja Vu
Hampir semua dari kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton. Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu.
Keanehan fenomena deja vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?
Terkait dengan Umur dan Penyakit Degeneratif
Pada awalnya, beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.
Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.
Baru-baru ini, sebuah eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT, membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual, audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan ‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa depan.
Menurut Tonegawa, tikus normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.
Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium
Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.
Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.
LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.
Sumber:
Some Imagination! How Memory Fails Us – LiveScience
Patients Suffer Deja Vu… Over and Over – LiveScience
Blind Man Has Deja Vu, Busting a Myth – LiveScience
Origin of Deja Vu Pinpointed – LiveScience
Subscribe to:
Posts (Atom)